Dalam pengertiannya yang umum (generik), Islam mengandung makna kepatuhan dan kepasrahan manusia secara total kepada Allah SWT. Doktrin kepatuhan kepada Allah SWT ini dapat dipandang sebagai hakikat atau intisari dari ajaran semua agama samawi yang dibawa oleh para Nabi sejak dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW.
Dalam pengertian ini, semua Nabi dan Rasul Allah disebut Muslim, yaitu orang yang tunduk patuh serta berserah diri secara total pada kehendak Allah SWT. Sikap mental Islam inilah yang dipesankan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan seluruh kaum beriman.
''Katakanlah (hai orang-orang Mukmin), Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. '' (QS Al-Baqarah: 136).
Doktrin Islam berupa sikap mental tunduk patuh kepada Allah SWT seperti dikehendaki ayat di atas disebut Allah SWT sebagai shibghah Allah SWT yang secara harfiah berarti celupan Allah SWT. Shibghah Allah SWT ini dipandang sebagai celupan terbaik, tanpa tandingan, karena mampu membentuk pribadi Muslim yang tunduk patuh serta bersujud hanya kepada-Nya. ''Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghah-nya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah.'' (QS Al-Baqarah: 138).
Menurut ulama tafsir Al-Razi, agama Islam dinamakan shibghah Allah SWT atau celupan Ilahi karena dua alasan. Pertama, seperti celupan, agama itu harus meresap atau diresapi hingga menembus ke lubuk hati yang paling dalam. Kedua, seperti celupan, agama itu harus membentuk jati diri, sosok, bahkan warna (citra) diri yang khas karena iman dan kepatuhannya yang tulus kepada Allah SWT.
Dengan celupan agama itu, manusia membangun dirinya menjadi Muslim sejati yang dalam pemikiran Syaikh Mahmud Syaltut harus diupayakan melalui enam program. Pertama, iman dengan keyakinan yang menggetarkan hati. Kedua, ibadah dengan ketundukan secara mutlak kepada Allah SWT.
Ketiga, sosial dengan membangun hubungan dan kerja sama yang baik dalam kebajikan dan takwa. Keempat, akhlak al-karimah dengan menjaga kesucian diri dan keluhuran budi pekerti.
Kelima, dakwah dengan mengajak manusia ke jalan Tuhan melalui taushiyah dan amar makruf nahi munkar. Keenam, ikhlas dengan mengorientasikan semua aktivitas demi dan untuk Allah SWT semata. Tanpa memperhatikan celupan Ilahi, manusia akan tertipu oleh barang tiruan, yaitu celupan palsu buatan manusia yang akan membawanya terjungkal ke dalam kawah kemusyrikan dengan dosa tanpa ampun.
Jumat, 31 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar