Di sepanjang zaman, kemiskinan menjadi momok bagi manusia. Karena, ketiadaan materi identik dengan kesusahan dan kehinaan. Karena itu pula, dari dulu hingga kini, manusia berlomba cemburu materi untuk membunuh kemiskinan. Hal itu manusiawi karena kecintaan kepada materi adalah fitrah manusia.
''Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik.'' (QS Ali-Imran: 14). Harta atau materi memang hal yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita. Tapi, jelas tersurat di akhir ayat di atas bahwa harta bukanlah segalanya. Semua itu hanya untuk kesenangan dunia yang tak akan dibawa saat kembali ke haribaan-Nya.
Karena itu janganlah sampai kesibukan mencari harta benda membuat kita lalai untuk beribadah kepada-Nya. Dalam Alquran diceritakan seorang ahli ibadah yang karena kepentingan-kepentingan materi akhirnya tidak taat lagi kepada Allah SWT. ''Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti setan (sampai tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.'' (QS Al- A'raf: 175).
Becermin dari ayat di atas, kita saksikan banyak orang yang ketika miskin sangat rajin beribadah kepada Allah SWT. Tetapi, setelah kaya mereka meninggalkan ibadah karena terlalu sibuk dengan kekayaannya. Inilah tanda-tanda orang yang lupa diri yang sering berujung dengan kesombongan dan takabur, sifat yang dibenci Allah SWT. Qarun adalah contoh konkret akan sifat orang kaya yang lupa diri itu.
Seperti tertera di surat Al-Qashash ayat 76 sampai 82, Qarun yang sombong mengatakan bahwa harta benda yang dimilikinya adalah hasil pengetahuannya sendiri. Akhirnya Allah SWT membenamkannya ke dalam bumi bersama harta bendanya. Jadilah Qarun orang yang merugi. Jangan sampai kita tersesat seperti Qarun. Untuk itu kita harus mawas diri. Dengan mawas diri, kita tidak akan sombong bila dikaruniai banyak harta. Sebaliknya tidak akan terlampau sedih bila diuji dengan kemiskinan.
Itulah ciri-ciri orang yang bertakwa. Dan memang hanya orang bertakwa yang akan selamat dari dunia sampai akhirat. ''Itulah kampung akhirat, Kami adakan untuk orang-orang yang tidak sombong di muka bumi dan tiada membuat bencana. Akibat (yang baik), untuk orang-orang yang takwa.'' (QS Al-Qashash: 83).
Jumat, 31 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar