Mencintai Rasulullah SAW termasuk salah satu kewajiban seorang Muslim. Mencintai, tentu tidak hanya mengagumi, tapi juga meneladani akhlak beliau (ittiba'). Sedemikian agung akhlak Rasulullah SAW hingga Michael Hart mencantumkan namanya dalam urutan pertama 100 tokoh yang paling berpengaruh di dunia.
Rasulullah SAW tidak saja berhasil mendidik diri, keluarga, dan umatnya. Akan tetapi beliau juga mampu melestarikan kekuatan teladan itu dalam setiap nadi generasi para pengikutnya. Sebelum jauh menasihati orang lain, jauh-jauh hari beliau selalu menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Di kalangan musuh-musuhnya saja, beliau diberi julukan al-Amin, orang jujur dan terpercaya.
Satu-satunya prinsip yang beliau pegang dalam membangun perubahan radikal di muka bumi, bahwa perubahan di dunia tidak akan terjadi tanpa kemauan keras mengubah diri sendiri. Keteladanan (dakwah bil hal), bagi beliau, termasuk salah satu kekuatan dakwah paling efektif yang bisa memberi efek luar biasa dari sekadar ajakan lisan.
Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.'' (QS Al-Ahzab (33): 21).
Salah satu contoh kemuliaan dan keluhuran akhlak Rasulullah SAW, yaitu di saat beliau berkumpul bersama para sahabatnya. Saat itu tiba-tiba saja datang seorang Arab Badui yang kemudian kencing di pojok masjid. Semua orang geram, merasa terhina dengan perbuatan orang tak dikenal itu. Namun, Rasulullah SAW tetap tenang seraya mencegah para sahabat menghardik orang tersebut sebelum menyelesaikan kencingnya.
Setelah selesai kencing, Rasulullah SAW segera memanggil dan menasihatinya dengan lemah lembut. Setelah pergi, beliau lalu menyuruh para sahabat membersihkan tempat yang dikencingi itu dengan air.
Kisah di atas, teladan dakwah Rasulullah SAW yang bertahap dan bijak. Beliau tidak tergesa-gesa menghendaki perubahan, tanpa menyampaikan wawasan terlebih dahulu pada yang bersangkutan. Yang disebut kekeliruan, adalah ketika tahu perbuatan itu salah tapi tetap dikerjakan. Tidak dianggap kesalahan jika seseorang tidak tahu kalau perbuatan itu salah.
Disebut bijak, karena beliau menyampaikan dakwah dengan berusaha keras menghindari unsur menyakiti dan menyinggung orang lain. Sesuai firman Allah SWT, ''Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.'' (QS An-Nahl (16): 125).
Rabu, 05 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar