Rabu, 05 November 2008

Nilai Kebaikan

Setiap kebaikan adalah saham akhirat. Tak ada satu kebaikan pun yang sia-sia di hadapan Allah SWT. Dia akan menggandakan 10 kali lipat, bahkan hingga tujuh ratus kali lipat kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih dan ikhlas.
''Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, bagaikan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, dalam tiap-tiap tangkai ada 100 bulir. Dan Allah SWT akan melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya dan Maha Mengetahui terhadap semua hamba-Nya.'' (QS Al-Baqarah (2): 261).
Pernah suatu ketika Utsman bin Affan membawa 1.000 unta yang bermuatan kurma, minyak, kismis, dan lain-lain. Melihat itu para pedagang berdatangan menyambutnya. Mereka bermaksud hendak membeli barang-barang tersebut dengan nilai mulai dari sedirham, dua dirham sampai enam dirham.
Namun Utsman menjawab, ''Sayang sekali, aku sudah menjualnya dengan harga 10 dirham.'' Mereka penasaran siapakah yang berani membayar sebesar itu? Dengan tenang Ustman menjawab, ''Aku telah menjual kepada Allah dan Rasul-Nya.''
Kebaikan mendapat tempat yang istimewa dalam Islam dan hanya diberikan kepada hamba-Nya yang terpilih. Bahkan, kejahatan sekalipun harus ditolak dengan cara yang baik, sehingga menghasilkan kebaikan.
''Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang di antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.'' (QS Fushshilat (41): 34-35).
Berbagai godaan internal (syaitan) dan eksternal (lingkungan) kerap membuat orang yang hendak berbuat baik terhalang, suka menunda-nunda, hingga akhirnya tidak sempat berbuat baik.
Menunda kebaikan berarti membuang waktu, usia, kesempatan yang telah diberikan Allah SWT. Kisah Firaun menjadi pelajaran ketika menolak dakwah Nabi Musa. Padahal, telah tampak bukti-bukti kenabiannya. Tobatnya pun tertolak.
Islam menggambarkan pintu kebaikan itu sungguh banyak, tersebar dalam berbagai aspek kehidupan. Pintu-pintunya senantiasa terbuka lebar bagi siapa saja. Tersenyum kepada teman, bertutur kata yang baik, berbuat baik kepada tetangga, semua itu termasuk ibadah yang berpahala asalkan niatnya karena Allah SWT semata.
Selain itu, kebaikan dapat menghapuskan keburukan sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ''Bertakwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka dia akan menghapuskannya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.'' (HR At-Turmudzi).

Tidak ada komentar: